Terungkap, Dinkes Temukan Bakteri E.Coli dan Salmonela di Menu MBG yang Sebabkan Keracunan Massal

Terungkap, Dinkes Temukan Bakteri E.Coli dan Salmonela di Menu MBG yang Sebabkan Keracunan Massal

Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim. -Bogor Aktual-Nanda Ibrahim

BogorAktual.id - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor akhirnya merilis hasil pemeriksaan uji laboratorium terkait kasus dugaan keracunan massal akibat konsumsi Makanan Bergizi Gratis (MBG) dari dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Sekolah Bosowa Bina Insani.

Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil uji laboratorium dari Labkesda Kota Bogor menunjukkan adanya bakteri berbahaya dalam makanan yang didistribusikan dapur SPPG tersebut. 

Yakni ditemukannya keberadaan bakteri E.Coli dan Salmonela dalam beberapa bahan makanan yang dikonsumsi siswa.

“Hasil pemeriksaan Labkesda terkait sisa makanan yang sempat diamankan saat kejadian. Di antaranya nasi, ceplok telur dengan bumbu BBQ, tahu, dan tauge tumis. Dari hasil uji selama kurang lebih empat hari terakhir, ditemukan adanya bakteri Coli dan Salmonela,” kata Dedie di rumah dinasnya, Senin (12/5) Sore. 

BACA JUGA:Komisi IV Bongkar Fakta di Dapur MBG Bosowa Bina Insani, Temukan Banyak Kelalaian

Dedie menjelaskan, bahwa bakteri tersebut berasal dari dua jenis makanan, yakni ceplok telur berbumbu BBQ dan tumis tauge. 

Diketahui bahwa masakan MBG tersebut dimasak pada malam hari dan baru didistribusikan keesokan siangnya, yang diduga kuat menjadi penyebab kontaminasi bakteri.

“Ini diduga akibat ketidaksesuaian dalam SOP pengolahan makanan. Bakteri ini yang kemudian mengakibatkan lebih dari 200 siswa mengalami gejala keracunan,” tuturnya. 

Untuk mencari fakta lain, Pemkot Bogor juga tengah melakukan uji terhadap air serta pemeriksaan langsung terhadap tubuh para siswa. 

BACA JUGA:Dedie Rachim Wanti-wanti Dapur MBG di Bosowa Bina Insani, Imbas Indikasi Keracunan Massal

Dalam penanganan kasus ini, sambung Dedie, Pemkot Bogor telah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) sejak Kamis lalu.

“Penetapan KLB kami lakukan untuk memastikan seluruh biaya pengobatan bisa ditanggung melalui APBD melalui dana Belanja Tidak Terduga (BTT), termasuk bagi siswa yang tidak memiliki BPJS atau asuransi kesehatan,” terang Dedie. 

Ia pun menekankan pentingnya penguatan SOP dan pengawasan distribusi makanan dalam program-program serupa ke depan.

"Harus diawasi secara ketat. Jangan sampai kejadian ini terulang lagi. Ini menyangkut kesehatan dan keselamatan anak-anak," tegas Dedie. []

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News