Menilik Efektivitas Sistem Proporsional Terbuka Dalam Pemilu di Indonesia

Dokumentasi Para Penulis--
Penulis:
Dista Chandra Kirana, Naufal Farhan Nabil, Jihan Nadira, Aldi Firmansyah, dan Salvana Deva Alisa.
(Mahasiswa Universitas Siliwangi)
Sistem pemilihan umum di Indonesia telah mengalami transformasi signifikan sejak reformasi 1998, beralih dari sistem proporsional tertutup menjadi proporsional terbuka.
Sistem ini memungkinkan pemilih untuk memilih calon legislatif secara langsung dari daftar yang diajukan oleh partai politik. Diterapkannya sistem ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi politik, akuntabilitas, dan representasi yang lebih baik di parlemen.
Sistem proporsional terbuka telah diterapkan dalam beberapa pemilu, termasuk pada tahun 2004, 2009, 2014, dan 2019.
Dengan sistem ini, pemilih tidak hanya memberikan suara untuk partai, tetapi juga untuk individu calon legislatif, memberikan kesempatan bagi calon yang kurang dikenal untuk terpilih berdasarkan popularitas dan dukungan masyarakat.
Namun, meskipun sistem ini menjanjikan peningkatan dalam kualitas demokrasi, tantangan tetap ada, termasuk politik uang, korupsi, dan ketidakmerataan dalam akses politik.
Sistem proporsional terbuka di Indonesia dirancang untuk meningkatkan akuntabilitas dan representasi politik.
Dalam konteks ini, wakil rakyat yang terpilih diharapkan mencerminkan keinginan dan kebutuhan konstituen mereka. Selain itu, sistem ini bertujuan untuk mendorong keterlibatan masyarakat yang lebih aktif dalam proses pemilu.
Dengan memberikan kekuatan kepada pemilih untuk memilih langsung calon legislatif, diharapkan akan tercipta hubungan yang lebih erat antara wakil rakyat dan pemilih.
Namun, dalam prakteknya, implementasi sistem ini menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah tingginya biaya kampanye yang menyebabkan hanya kandidat dengan sumber daya finansial yang cukup yang dapat bersaing secara efektif.
Hal ini berpotensi menciptakan kesenjangan dalam representasi politik, dimana kelompok marginal, termasuk perempuan dan penyandang disabilitas, sering kali terpinggirkan.
Salah satu keunggulan utama dari sistem proporsional terbuka adalah peningkatan partisipasi pemilih. Dengan memberikan kesempatan kepada pemilih untuk memilih calon legislatif secara langsung, masyarakat merasa memiliki kontrol lebih besar dalam menentukan wakil mereka.
Hal ini berdampak positif terhadap keterlibatan masyarakat dalam proses politik, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas demokrasi di Indonesia.
Dalam sistem ini, calon legislatif dituntut untuk lebih bertanggung jawab kepada pemilih. Mereka perlu menunjukkan kinerja dan membangun komunikasi yang baik dengan konstituen untuk mendapatkan suara. Dengan demikian, calon legislatif yang aktif berinteraksi dengan masyarakat cenderung lebih dipercaya, mendorong transparansi dalam kampanye dan kebijakan mereka.
Sistem proporsional terbuka memungkinkan munculnya lebih banyak kandidat dari latar belakang yang beragam, termasuk calon independen. Hal ini menciptakan variasi dalam pilihan pemilih dan mencerminkan kepentingan yang lebih luas di masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News